Luruskan Niat

 

Beradaptasi di tempat mengajar baru, dengan rekan baru, dan peserta didik baru adalah suatu tantangan tersendiri bagi saya. Masuk di sekolah negeri membangkitkan memori saya 6 tahun silam ketika saya masih menjadi sukuan di sekolah dasar negeri. Ya, saat ini saya sudah tidak mengajar di madrasah lagi, saya sudah mendapat tempat baru di sebuah sekolah dasar negeri yang berjarak kurang lebih 6 km dari rumah saya. Penilaian saya terhadap sekolah negeri dan guru yang berstatus pegawai negeri agak kurang baik. Seiring dengan kejadian dan pengalaman yang saya rasakan ketika menjadi sukuan.

Tapi rasa itu saya singkirkan jauh-jauh. Toh manusia itu tidak sama. Saya juga insyaallah tidak seperti yang dulu. Bismillah saja, seperti yang sudah-sudah.

Niat saya hanya satu, memberikan ilmu yang bermanfaat bagi anak-anak didik saya, menanamkan karakter yang baik pada mereka, agar mereka dapat menjadi anak yang sholih dan sholihah.

Ketika SK CPNS saya turun, saya mengajukan pengunduran diri dari madrasah. Sungguh momen yang tidak akan terlupa, sedih dan sedih. Saya harus meninggalkan rekan-rekan yang sudah sejalan visi dan misinya, rekan yang selalu ingin maju, rekan yang selalu mencari terobosan-terobosan untuk dunia pendidikan. Saya harus meninggalkan anak didik saya yang selama ini banyak memberikan pengalaman hidup bagi saya. Yang bagi mereka saya adalah sosok “jahat” namun “menyenangkan”. Tangis yang tidak dapat dihindari ketika saya sampaikan jika saya sudah tidak dapat mnemani mereka di kelas, saya sudah tidak bisa “memarahi” kalian, sudah tidak bisa makan bersama, bermain tebak berhadia, menciptakan lagu-lagu dari materi yang harus dihafal, dan banyak lagi kenangan dengan anak-anak didik saya.

Walaupun madrasah masih membuka tangan dan pintu selebar-lebarnya jika saya ingin sharing dan silaturrahim, bertemu anak-anak, tetapi rasa kehilangan itu sangat besar. Madrasah tempat saya belajar banyak hal akan dunia pendidikan dan kehidupan. Silaturrahim tidak akan saya putus sampai kapanpun, insyaallah. Begitu niat saya dalam hati.

Dimanapun tempatnya, selalu ada vitamin negative, juga ada katalis positif. Luruskan niat dan selalu tanamkan dalam hati jika mendidik adalah ibadah. Jika ibadah balasannya adalah surga. Jika menginginkan surga, maka banyak sekali ujian dan cobaan yang menempa. Ikhtiar dan tawakal saja pada Allah, insyallah dimudahkan. Aamiin.

 

ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 27  Februari 2021

Terimakasih Tuhan

 

Satu per satu Tuhan menjawab doa-doa saya. Satu per satu pun Tuhan memnuhi apa yang saya harapkan selama ini. Memang Tuhan maha tahu apa yang kita butuhkan dan kapan harus menerimanya. Berdoa saja setiap hari, lakukan kebaikan-kebaikan sederhana, jalani saja kewajiban kita, serahkan sisanya pada Allah. Itu prinsip yang selalu saya dan suami tanamkan dalam menjalani hidup.

Ketika saya menggebu-gebu mendaftar PNS di berbagai tempat demi mewujudkan impian kedua orangtua saya, ketika Tuhan belum berkehendak, sekuat apapun upaya kita tiadalah hasil.

Pun demikian akan keinginan kami memiliki tempat berteduh sendiri. Kami hanya berhayal, uang dari mana untuk bisa membangun rumah walaupun hanya sepetak. Mungkin tuhan belum mengabulkan dan mengijabah keinginan mempunyai rumah karena Tuhan masih menaruh kepercayaan pada kami untuk merawat orangtua dan adik-adik yang masih sekolah. Itu saja kesimpulan dalam fikiran kami.

Tapi doa itu pun terjawab disaat yang tidak disangka. Entah mengapa suami mengutarakan keinginanya untuk memondasi dulu dengan sisa tabungan yang ada. Saya pesimis, bagaimana jika untuk meneruskannya harus nunggu bertahun-tahun. Untuk memiliki tabungan yang hanya beberapa saja butuh waktu hampir 9 tahun. Tapi suami sangat bersikukuh, katanya kita bismillah saja, selama ini kita juga Cuma berbekal bismillah, selanjutnya biar Allah yang atur. Saya sebagai istri hanya bisa berdoa dan mendukung apa yang diinginkannya. Toh jika tidak dimulai, kapan lagi. Kami memang sangat yakin dengan kekuatan bismillah. Sangat yakin bahwa Allah itu Maha Kaya dan Maha Pengasih.

Kami putuskan memondasi di sepetak tanah pemberian orangtua. Disaat saya harus berangkat mengikuti pelatihan Dasar CPNS di Watu Kosek Mojokerto. Pondasi pertama pun dimulai.

Dan sekali lagi, kekuatan Tuhan itu nyata. Entah bagaimana banyak sekali rezeki berupa rupiah yang kami terima dari hal-hal yang tidak kami duga. Dan Alhamdulillah, gubug kecil tempat kami berteduh pun berdiri tepat setelah saya menerima SK CPNS saya.

Tuhan memang lebih tahu apa yang kita butuhkan di waktu yang tepat. Wallahu a’lam.

 

 

ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 26  Februari 2021

Mendapatkan Ketika Tidak Mengharapkan

 

Seleksi penerimaan CPNS yang saya ikuti Alhamdulillah berjalan mulus. Sertifikat pendidik yang saya miliki pun diakui, sehingga nilai tes SKB saya otomatis ternilai sempurna, walaupun nilai SKB saya sendiri juga cukup bagus menurut saya. System penerimaan yang menggugurkan peserta lain dalam satu tempat formasi jika salah satu pesertanya menembus passing grade akhirnya membuat saya menggugurkan ke-19 pendaftar lain di sekolah yang saya pilih. Yang mana 19 orang tersebut baru saya ketahui setelah suami saya memilah satu per satu peserta dalam satu formasi di tempat yang saya pilih. Saya pun menjadi peserta tunggal di sekolah tersebut.

Memang sangat diluar dugaan. Selama ini saya menganggap diterima sebagai PNS / ASN adalah hal yang mustahil. Karena sejak SMA saya sudah mencoba hampir 11 kali di berbagai lembaga kepemerintahan.

Kemudahan – kemudahan yang saya alami ini saya anggap jawaban Allah atas keihklasan saya dan suami dalam menjalani kehidupan ini. Saya dan suami berusaha untuk tidak mengeluh atas kehidupan. Tidak mengeluh atas beban dan persoalan. Tidak mengeluh akan tanggung jawab atas keluarga yang harus kami pikul. Berusaha semaksimal mungkin agar orangtua selalu bahagia. Biarlah kita yang mengalah, namun keluarga bisa bahagia.

Tak sedikit rekan-rekan dan tetangga menanyakan berapa biaya yang saya keluarkan untuk dapat diterima sebagai ASN. Padahal seleksi kali ini benar-benar tidak dipungut biaya dan insyaallah pula tidak ada kecurangan. Karena semua ditampilkan secara online dan realtime.

Ada satu yang unik perkataan teman saya, “ lah sampean nyogoknya banyak dek “, kata teman saya.

“ Astaghfirulloh, nyogok siapa?, berapa ?, demi Allah murni buk”, bantah saya pada teman saya tersebut.

“ nyogok pengeran ( Allah ), sampean mau tes lah memberangkatkan umroh orangtua sampean “, jawab teman saya lagi.

“ Astaghfirulloh ibu, demi Allah saya ikhlas memberangkatkan orangtua saya murni tidak ada maksud apapun”, hingga saya bersumpah atas nama Allah. Astaghfirullah haladziim.

Perkataan orang lain yang demikian tidak saya masukkan ke dalam hati. Biarlah orang lain menilai apa.

Tapi yang saya yakini, jika kita ihklas membahagiakan kedua orangtua kita ( ayah, ibu, dan mertua ), maka Allah akan menata sendiri kehidupan kita.

Saya diterima sebagai ASN ketika saya sudah tidak mengharapkannya.

 

 

ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 25  Februari 2021

The Final Note

  Alhamdulillah, sekian kisah dari perjalanan hidup saya menggeluti dunia pendidikan dengan segala asam manisnya tertuang dalam catatan Tant...