Ketika itu ...

Bismillah Alhamdulillah
Laa Haulaa Wa Laa Quwwata...


Aku adalah seorang anak sulung dari lima bersaudara. ayahku hanya seorang petani dengan lahan garapan tidak terlalu luas. ibuku pun hanya seorang ibu rumah tangga. kami hidup sederhana di sebuah desa di pinggiran Kota Gresik. keinginan ayahku pada anak-anak nya tidak terlalu muluk, jangan tinggalkan sholat dan berpendidikanlah. ayah tidak bisa mewariskan harta, hanya mampu memberi bekal pendidikan saja, begitu kira-kira yang selalu diucapkanya ketika aku kecil.

hingga pada akhirnya, aku lulus perguruan tinggi. aku lulus dari sebuah perguruan tinggi swasta dari jurusan sistem informasi. sebenarnya aku berkeinginan mengambil jurusan teknik informatika, tetapi setelah dua kali mencoba seleksi perguruan tinggi negeri, aku tidak pernah lolos.

orangtuaku ingin aku menjadi seorang dokter, tetapi aku tidak suka jurusan itu. pun demikian jurusan dokter dan teknik informatika selalu aku ambil bersamaan disetiap seleksi masuk perguruan tinggi negeri. mungkin karena aku bukan anak yang terlalu pintar, sedangkan dua jurusan tersebut adalah jurusan bergengsi dengan grade yang tinggi yang menyebabkan aku gagal.

kecewa ? iya. satu karena aku tidak bisa mewujudkan keinginan orang tua, dua karena aku juga tidak suka jurusan pilihan orangtuaku tersebut. disini aku mualai berfikir, apakah ridho orangtuaku tidak diberikanya kepadaku, sehingga murka Allah juga turun kepadaku.

salah satu keinginan orangtuaku juga adalah salah satu atau semua anaknya jika bisa diterima sebagai pegawai negeri sipil atau terjun dalam tentara nasional indonesia. mungkin orangtuaku ingin agar anak-anaknya tidak susah seperti yang dialaminya dengan bertani.

berbagai tes lowongan pegawai negeri sipil atau militer saya ikuti. mungkin dari lulus sma hingga lulus kuliah sudah lebih dari 10x mengikuti tes-tes yang ada. tetapi lagi-lagi gagal.

sedih lagi yang kurasakan. melihat orangtuaku begitu gigihnya mengantarkanku ketika tes, mengurus setumpuk persyaratan yang harus dipenuhi, dan sebagainya. melihat gurat lelah di wajahnya, melihat uban yang bertambah dari waktu ke waktu, tetapi aku belum bisa mewujudkan satupun keinginanya.

pernah suatu hari, aku mendaftar posisi sipil di TNI AL. setelah sholat subuh, aku dan ayah sudah bersiap untuk berangkat ke tempat pendaftaran di Armatim Tanjung Perak. mengendarai suzuki a100, aku dan ayah menyusuri gelap dan dinginya waktu subuh. kurang lebih 2,5 jam perjalanan ditempuh. dengan sabarnya ayah menunggu serangkaian proses pendaftaran selama kurang lebih dua minggu. pukul sembilan malam kami baru tiba di rumah. 

segala perjuangan sebagai wujud cinta kasih kepada anak-anaknya selalu dilakukannya. demi keberhasilan anak-anaknya. saya tidak bisa berangkat sendiri, karena memang hanya mempunyai satu motor, juga lebih hemat jika diantar. jika naik angkutan umum, saya harus mengeluarkan biaya lebih untuk transportasi.

sebagai anak sulung, sebenarnya malu ketika selalu megalami kegagalan. artinya semakin saya gagal semakin saya tidak bisa meringankan beban orangtua saya untuk daat membantu membiayai sekolah adik-adik saya, semakin saya tidak bisa mewujudkan keinginan orangtua saya, dan semakin saya tidak bisa memberi kebangggaan pada mereka.


ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 1 Februari 2021

bersambung ...

The Final Note

  Alhamdulillah, sekian kisah dari perjalanan hidup saya menggeluti dunia pendidikan dengan segala asam manisnya tertuang dalam catatan Tant...