(Belajar) Ihlas

Pada akhirnya saya bisa fokus mengajar di satu tempat saja. Madrasah sebagai pihan saya mengabdi, berusaha mendidik anak-anak negeri, untuk memiliki budi pekerti yang tinggi, berakhlak dan berwawasan luas.

Walaupun dengan gaji yang tidak seberapa, tapi entah saya merasa cukup dengan apa yang ada. Saya hanya ingin ilmu yang saya berikan pada anak didik saya menjadi ilmu yang bermanfaat.

Suami selalu mengingatkan kepada saya, mengajar itu jika tidak dapat didunianya, berharap dapat akhiratnya. Yang kira-kira maksudnya walau mengajar memperoleh gaji sedikit, gaji kecil, ihlas saja, terus optimal mendidik anak-anak, insyaallah akan diganti dengan kecukupan dan keberkahan, kemudahan-kemudahan, bahkan rezeki dari arah yang tak diduga, pokoknya ihlas saja.

Pernah juga mendengar wejangan dari pengurus yayasan sewaktu masih di SMK, abah Ma’mun,  yang selalu saya ingat dari ucapan beliau kira-kira begini “ jika mau mencari uang, jangan jadi guru, karena guru itu tidak ada uangnya. Tapi jika cari keberkahan, berlimpah disini, asalkan ihlas”.

Dua pernyataan yang selalu terngiang hingga sekarang. Yang selalu saya tekankan ketika ada permasalahan-permasalahan di sekolah.

Suami pernah bercerita, tetangganya di desa tempat ia tinggal adalah seorang guru madrasah dan guru ngaji di masjid, ya.. hanya sebagai guru saja, tidak ada profesi lain. Namun anak-anaknya dapat bersekolah hingga di perguruan tinggi, bahkan di salahsatu perguruan tinggi favorit di Surabaya. setelah lulus pun, anak-anak dari tetangga suami saya tersebut dengan mudahnya diterima sebagai pegawai negeri sipil di instansi kedinasan.

Tak hanya itu, abah Ma’mun, pengurus yayasan SMK yang saya tempati dulu, juga bercerita hampir sama. Beliau hanya seorang guru madrasah dan guru ngaji di mushollah, tetapi Alhamdulillah anak-anak beliau juga dapat bersekolah hingga perguruan tinggi, juga di perguruan tinggi negeri.

Subhanallah.. saya pun mulai belajar tentang ihlas dalam mengajar. Bagaimana mengajar dari hati walau masalah-masalah datang silih berganti. Dari anak didik yang memakan hati, perkataan yang menyakiti, bahkan hak-hak yang kadang tak terberi. Satu harapan yang terpatri dihati, mengharap keberkahan Ilahi Robbi.

ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 11 Februari 2021


The Final Note

  Alhamdulillah, sekian kisah dari perjalanan hidup saya menggeluti dunia pendidikan dengan segala asam manisnya tertuang dalam catatan Tant...