Di Sekolah Dasar

Awal tahun 2009, datang serorang paruh baya kerumah. beliau adalah sahabat dari ayah saya. Beliau adalah seorang kepala sekolah di sebuah SD negeri yang terletak di desa sebelah tempat tinggal saya. Almarhum Bapak Suhanadi ( Lahul fatihah untuk beliau ).

Terdengar sendagurau dan perbincangan santai diantara ayah dan Pak Suhanadi. Kurang lebih dua jam berbincang, pamitlah Pak Suhanadi untuk pulang. Kemudian ayah memanggilku dan menceritakan maksud kedatangan dari tamunya tersebut. Pak Suhanadi bercerita jika sekolah tempat beliau membutuhkan seorang tenaga administrasi dengan kemampuan IT yang mumpuni. Kebetulan ketika itu sekolah beliau sedang proses penandatanganan ISO. Pak Suhanadi meminta kepada ayah agar saya mau membantu sebagai tenaga administrasi dan menangani ISO di sekolahnya.

Entah apa yang menyebabakan seorang kepala sekolah tersebut ke rumah dan menganggap bahwa saya bisa dan mampu untuk membantu. Ayah bercerita jika saya tidak diharuskan penuh untuk membantu di SD negeri tersebut. Saya masih diizinkan untuk mengajar di madrasah. Sehingga di SD hanya masuk selama 4 hari saja.

Tawaran tersebut akirnya saya terima. Karena memang saya belum menemukan pekerjaan dibidang lain selain di dunia pendidikan. 

Hari pertama bertugas di SD, saya memperkenalkan diri dan menyapa kepala sekolah dan guru-guru yang ada. Alhamdulillah disambut baik diawal. Saya meminta bimbingan dan arahan akan tugas saya disana.

Seorang guru olah raga sekaligus bendahara di sekolah tersebut, Bapak Anang, menjelaskan job desc saya sebagai tenaga administrasi dan memberian saya buku pedoman ISO yang sedang dilaksanakan di sekolah tersebut.

Setelah memahami dan mempelajari petunjuk teknis yang ada, saya mencoba menyelesaikan PR yang belum terselesaikan dari tenaga administrasi sebelumnya. Alhamdulillah, di minggu pertama saya bekerja, semua tugas sekolah sudah terselesaikan, kordinasi dengan pihak ISO pun saya lakukan. Banyak sekali dokumen kelengkapan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ISO tersebut.

Dari yang saya tangkap, Kepala sekolah dan Pak Anang merasa senang akan pekerjaan saya. Pak Anang yang juga seorang bendahara BOS merasa terbantu tugasnya ketika saya dapat membuatkan format laporan yang diinginkanya ( hanya format sederhana di Excell sebenarnya, tapi entah beliau merasa senang dan merasa terbantu ).

Guru-guru lainya juga meminta saya membuatkan format untuk analisis penilaian. Saya buatkan saja di excell dengan rumus sederhana. Pun mereka juga merasa senang. Hingga akhirnya, beberapa meminta saya untuk input nilai dan melakukan analisis dari penilaian-penilaian yang dilakukan. Pekerjaan saya serasa tambah banyak. Saya lakukan saja, karena saya orang baru dan menghargai mereka sebagai senior dan orang yang lebih tua. 

Untuk menyelesaikanya, saya kerjakan sepulang jam sekolah. Jadi saya sering pulang akhir untuk menyelesaikan tugas analisis nilai. Dan suatu hari, Pak anang menemui saya pulang sekitar pukul 15.00 WIB ( waktu itu jam sekolah hanya sampai pukul 13.00 WIB ).

Saya menjawab jika saya menyelesaikan analisis nilai harian dari beberapa guru. Beliau pun berbicara baik-baik pada saya jika saya harusnya tahu dan memahami tugas seorang tenaga administrasi, Analisis nilai bukan tugas seorang tenaga administrasi. Saya sampaikan bahwa saya diminta membantu ya saya bantu.

Setelah beberapa saat beradu argumen, Pak Anang memaklumi dan hanya kasihan jika saya harus lembur hanya untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya bukan tugas saya.

Keesokan harinya, pada saat jam istirahat, Pak Anang menyinggung tugas saya dan menyampaikan pada rekan guru yang lain jika meminta bantuan ya sewajarnya. Saya merasa tidak enak, khawatir dikira saya mengadu pada Kepala Sekolah atau Pak Anang ( yang waktu itu memang sangat berperan di sekolah tersebut ).

Kekhawatiran saya terbukti, beberapa dari rekan guru berubah sikap kepada saya. Sering menyindir dan sebagainya. Saya maklumi, terkadang saya masih menawarkan bantuan. Terkadang juga ada omongan yang "pedas" ditelinga ini. Saya hanya bisa diam dan menangis di jam lembur saya. Mungkin memang seperti ini yang namanya dunia kerja.

Keadaan yang demikian berjalan hingga hampir satu tahun. Hingga pada suatu hari, Pak Anang berkata agak keras dalam suatu rapat sekolah mengenai sikap dan anggapan guru-guru terhadap saya. Anggapan jika saya hanya tenaga sukuan di sekolah dasar negeri yang harusnya mau "ngawulo", harus mau membantu apapun yang diminta senior. Anggapan jika saya di"anak emas"kan yang diperbolehkan bekerja hanya empat hari kerja saja.

Kepala sekolah dan Pak Anang berargumen, walaupun saya hanya bekerja dalam waktu empat hari, tapi segala tugas keadministrasian dapat diselesaikan dan tidak tertunda atau terbengkalai satupun. Jikalau ada kepentingan ketika saya off kerja di SD, maka saya akan menyempatkan waktu datang di jam istirahat saya di madrasah untuk datang ke SD dan menyelesaikan apa yang dibutuhkan waktu itu.

Bismillah... walaupun semakin berat atmosfer di sekolah ini, tapi saya akan terus melangkah. Karena sedikit demi sedikit saya membulatkan tekad untuk berkarya dan total di dunia pendidikan.

ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 4 Februari 2021


The Final Note

  Alhamdulillah, sekian kisah dari perjalanan hidup saya menggeluti dunia pendidikan dengan segala asam manisnya tertuang dalam catatan Tant...