Kisah awal saya mengenal dan masuk kedalam dunia pendidikan, bagaimana saya berusaha totalitas dengan kuliah kembali di bidang keguruan, hingga saya menikah, berhenti mengajar di beberapa sekolah, hingga manis pahit kehidupan di dunia mengajar sudah saya tuliskan.
Jika flashback pada tulisan saya diawal,
salah satu keinginan orangtua saya adalah mengharap salah satu anaknya untuk
dapat diterima sebagai pegawai negeri atau masuk militer. Keinginan tersebut
sudah saya kubur dalam-dalam karena saya sudah merasa tidak bisa mewujudkannya.
Sebagai gantinya, saya berusaha semaksimal mungkin membahagiakan orangtua saya,
termasuk juga mertua.
Ketika awal saya
menikah, kami masih satu rumah dengan orangtua saya. Kami bertujuh dalam satu
petak rumah berukuran 5x20 meter. Adik-adik saya masih sekolah semua. Suami saya
hanya pegawai swasta dengan gaji yang pada waktu itu belum memenuhi upah
minimum regional. Sebagai anak sulung yang sudah menikah, saya merasa memiliki
tanggung jawab terhadap ayah, ibu, dan adik-adik saya. Minimal saya dapat
membantu biaya sekolah adik-adik saya. Membantu kebutuhan rumah tangga orangtua
dan mertua saya walaupun tidak sepenuhnya. Hal-hal tersebut sudah saya
bicarakan dengan suami, dan beliau mendukung dan setuju dengan apa yang saya
utarakan.
Niat tersebut diatas
benar-benar saya dan suami saya upayakan dengan maksimal. Walaupun di tengah
bulan kami tidak memiliki uang dan kami harus berhutang kepada sahabat untuk
sekedar untuk beli bensin menyambung perjalanan hingga awal bulan depan,
asalkan kebutuhan keluarga saya terpenuhi.
Kebutuhan hidup
keluarga kecil saya dan keluarga orangtua saya juga bertambah, seiring dengan
anak-anak saya yang sudah bertambah dan pendidikan adik-adik saya yang semakin
tinggi. Doa yang tidak terputus di setiap sholat serta berusaha mengiringi
ucapan ini dengan dzikir ( walaupun belum istiqomah dan membaca bacaan seadanya
dan seingatnya saja ), selalu berusaha membahagiakan orantua terus saya dan
suami lakukaan secara maksimal. Alhamdulillah, dua tahun pernikahan saya, gaji
suami mulai ada kenaikan, juga ditahun-tahun berikutnya, prestasi dan pencapaian
suami saya di pekerjaannya semakin baik. Di tahun keempat pernikahan, saya
terjaring sertifikasi guru.
Tetapi saya masih belum
dimampukan untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Saya masih satu rumah dengan
orangtua saya hingga tahun kesembilan pernikahan. Suatu hari, sebelum tidur,
saya dan suami mendengarkan ceramah dari K.H Anwar Zahid, beliau adalah salah
satu kyai yang saya kagumi karena kesederhanannya. Dalam isi ceramahnya
berbunyi “.. angkat derajat orangtuamu, maka Allah akan mengangkat derajatmu. Jadikan
orangtuamu raja, maka Allah akan mencukupi segala kebutuhanmu di dunia…”. Dari sepenggal
kalimat tersebut, saya dan suami merenung, bagaimana kita dapat membahagiakan
orangtua kita ? dengan cara apa ? uang banyak kita tidak punya. Jika hanya berbuat
baik, mungkin juga sudah tetapi tak jarang kami masih membuat mereka terluka.
Dan akhirnya … ~lanjut di catatan besok yaa~
ditulis oleh : atik
puspita
Gresik, 19 Februari 2021