Perjalanan saya mengajar di SMK sebenarnya hampir bersamaan dengan perjalanan saya di sekolah dasar. Kakak kelas saya di universitas suatu hari ke rumah, dan meminta saya membantu mengajar di sebuah SMK swasta yang baru buka. Ketika itu saya diminta mengajar materi Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI). SMK tersebut baru buka di tahun pertama tahun ajaran 2008/2009. Mempunyai satu jurusan Akuntansi dengan satu rombel. Saya diberi 4 jam pelajaran yang saya isi dalam dua hari.
Tawaran ini saya terima, karena memang jam mengajar saya di SMK
diberikan di jam akhir, sekitar pukul 13.00 WIB. Artinya sepulang saya dari
madrasah atau dari sekolah dasar, saya bisa melanjutkan ke SMK tersebut.
Kepala SMK meminta saya untuk membantu secara penuh di SMK. Beliau
bertanya, dimana saya menginduk. Karena madrasah tempat pertama saya mengabdi,
maka disanalah saya menginduk. Kepala madrasah pun bertindak cepat dengan
menguruskan NUPTK saya kala itu.
Tak hanya itu, kepala SMK menawarkan kepada saya untuk menguruskan
mutasi NUPTK serta pengajuan sertifikasi guru agar saya mau sepenuhnya di SMK. Saya
sampaikan jika saya sudah kuliah lagi di jurusan PGSD. Saya juga beralasan jika
saya memilih lokasi yang dekat dengan rumah karena jika nanti memiliki anak,
maka saya tidak membutuhkan waktu lama di perjalanan, namun saya akan membantu
sepenuhnya di SMK selagi saya mampu.
Pada akhirnya kepala SMK
pun memasrahkan sepenuhnya keputusan kepada saya.
Hari-hari saya terisi dengan kegiatan mengajar di ketiga sekolah
tersebut. Saya merasa bersyukur, Allah memberikan kemudahan-kemudahan saya
untuk memperoleh penghasilan lebih yang artinya dapat saya gunakan untuk
membantu keluarga saya dan sekolah adik-adik saya. Walaupun gaji tersebut tidak
seberapa, tidak lebih dari satu juta dalam satu bulan yang saya terima dari
ketiga sekolah itu.
Rombongan belajar di SMK ini mulai bertambah di tahun ajaran baru.
SMK juga membuka jurusan baru. Artinya jam mengajar saya pun bertambah. Bingung
!. disatu sisi saya senang karena mendapat tambahan penghasilan, disisi lain
saya bingung karena tidak punya kendaraan untuk mobilisasi ke beberapa sekolah
tersebut.
Madrasah tempat saya mengajar dekat dengan tempat tinggal,
sehingga saya dapat menempuhnya dengan berjalan kaki. sekolah dasar tempat saya
menjadi tenaga administrasi, berada kurang lebih 1,5 km dari tempat tinggal,
biasanya saya minta antar ayah atau mencari tumpangan. untuk pulangnya, saya
juga mencari tumpangan teman yang searah atau naik bemo.
SMK yang berjarak kurang lebih 6 Km dari tempat tinggal saya,
membuat saya lebih sulit dalam menempuhnya. Sulit karena di rumah hanya ada
satu motor yang digunakan bergantian dengan ayah, adik, dan saya. Ketika motor
tidak terpakai, saya dapat menggunakannya dan lebih mdah untuk berpindah tempat
dari satu sekolah ke sekolah lain. Tetapi, ketika tidak ada motor, saya harus
berjalan kaki dari madrasah atau sekolah dasar ke jalan raya untuk menunggu
bemo. Ya, saya dua kali ganti bemo untuk dapat sampai ke SMK. Terkadang memang
ayah mengantar saya, namun tidak setiap hari.
Ketika harus naik bemo, keterlambatan sering saya alami. 5 – 10 menit
biasanya saya terlambat tiba. Pernah waka kurikulum memanggil saya, namun
karena memang kondisi transportasi dan mengharap saya untuk tetap berada di
SMK, beliau memaklumi. Bukan berarti saya tinggi hati karena merasa dimaklumi
dengan ketidakdisiplinan saya, namun saya malu, sungkan dan sebaginya.
Ketidakdisiplinan saya berlanjut ketika saya sudah memiliki anak. Anak
saya yang kedua sering keluar masuk rumah sakit, hal ini mengharuskan saya
untuk membolos dari kewajiban saya di sekolah. Naluri seorang ibu yang tidak
bisa saya hindari. Bagaimana bisa saya melaksanakan kewajiban mengajar
sementara anak saya opname di rumah sakit.
Entah mengapa, pihak SMK masih memaklumi hal tersebut. Pernah pada
suatu hari, saya menyampaikan pengunduran diri saya dari SMK karena
ketidakdisiplinan yang saya lakukan, sering terlambat dan tidak masuk. Saya meminta
pihak SMK mencari pengganti saya. Namun lagi-lagi, mereka menyadari dan tetap
mempertahankan saya.
Mungkin Allah memang meridhoi jalan saya di dunia guru. Kemudahan-kemudahan
hidup saya alami. Kebutuhan hidup keluarga pun sedikit banyak terpenuhi
walaupun tidak keseluruhan. Saya pun bisa membantu membayar sekolah adik-adik
saya. Dengan gaji yang tidak seberapa, namun ada kenyamanan di keluarga membuat
saya berfikir, apakah ini yang dinamakan berkah ? Wallahu a’lam bisshowwab.
ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 7 Februari 2021