Hati yang sudah perlahan ditata untuk ihlas mengajar, hanya mengharap lillah, semakin hari semakin teruji. Terkadang dihadapkan pada peserta didik yang lumayan membutuhkan penanganan ekstra, terkadang juga didengarkan omongan atau bahkan sindiran terhadap saya.
Memang saya sekarang
hanya focus mengajar di satu tempat saja, di madrasah. Kelonggaran yang
diberikan pihak madrasah bukan serta merta saya salah gunakan. Akan tetapi,
keadaan yang membuat saya melanggar aturan yang ada.
Terlambat !, disiplin
itu yang sering saya langgar. Sebenarnya saya bukan jenis orang yang suka
beralasan, namun memang keadaan yang membuat saya demikian. Dua anak yang masih
balita, bagaiman riweuh nya jika di pagi hari. Walaupun ada ibu yang menjaga,
minimal saya sudah meninggalkan anak-anak saya bekerja dalam keadaan sudah
mandi dan sudah makan.
Pada kenyataannya,
anak-anak kondisinya terkadang kondusif terkadang diluar prediksi. Hal-hal
tersebut yang membuat saya sering terlambat.
Pada akhirnya, dengan
meminta izin kepada kepala madrasah, anak pertama saya yang kala itu berusia 2
tahun, saya ajak sekolah. Biar ibu hanya menjaga satu anak saya saja ( ketika
itu orangtua melarang meminta bantuan orang lain untuk merawat anak-anak saya).
Setiap mengajar, anak
pertama saya selalu saya ajak, nanti ketika jam istirahat saya antar pulang
karena waktunya makan dan tidur siang (kebiasaannya waktu itu).
Namun lambat laun,
terdengar juga omongan yang menurut saya kurang enak didengar. “Mengajar kok
bawa anak, gimana dikelas, apa bisa konsentrasi”, demikian kira-kira omongan-omongan
yang saya dengar. Apa yang dikatakan rekan-rekan lain tidak saya sanggah,
karena memang tidak dibenarkan mengajar membawa anak walaupun kepala madrasah
mengizinkan.
Saya hanya diam, karena
memang saya salah, tetapi bagaimana lagi. Walaupun dengan membawa anak, toh
saya juga berusaha optimal dalam kelas. Anak saya sibuk menulis dikertas yang
saya berikan dan bermain dengan mainan yang dia bawa, saya letakkan dia di
beranda depan pintu agar tidak menganggu siswa dikelas tetapi saya masih bisa
mengawasinya.
Menangis dan berdoa. Apa
mereka dulu tidak merasakan seperti ini ketika memiliki anak kecil, apa tidak
ada pelanggaran kedisiplinan yang mereka lakukan ketika anak-anak mereka rewel
atau sakit dan harus izin tidak masuk, apa mereka selalu tepat waktu setiap
harinya. Ssemoga semua ada hikmahnya, semoga semua dapat saya lewati dengan
sabar, hanya itu yang dapat saya lakukan. Saya mantabkan “ihlas mengajar” dalam
hati saya.
ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 12 Februari 2021