Seleksi penerimaan CPNS
yang saya ikuti Alhamdulillah berjalan mulus. Sertifikat pendidik yang saya
miliki pun diakui, sehingga nilai tes SKB saya otomatis ternilai sempurna,
walaupun nilai SKB saya sendiri juga cukup bagus menurut saya. System penerimaan
yang menggugurkan peserta lain dalam satu tempat formasi jika salah satu
pesertanya menembus passing grade
akhirnya membuat saya menggugurkan ke-19 pendaftar lain di sekolah yang saya
pilih. Yang mana 19 orang tersebut baru saya ketahui setelah suami saya memilah
satu per satu peserta dalam satu formasi di tempat yang saya pilih. Saya pun
menjadi peserta tunggal di sekolah tersebut.
Memang sangat diluar
dugaan. Selama ini saya menganggap diterima sebagai PNS / ASN adalah hal yang
mustahil. Karena sejak SMA saya sudah mencoba hampir 11 kali di berbagai
lembaga kepemerintahan.
Kemudahan – kemudahan yang
saya alami ini saya anggap jawaban Allah atas keihklasan saya dan suami dalam
menjalani kehidupan ini. Saya dan suami berusaha untuk tidak mengeluh atas
kehidupan. Tidak mengeluh atas beban dan persoalan. Tidak mengeluh akan
tanggung jawab atas keluarga yang harus kami pikul. Berusaha semaksimal mungkin
agar orangtua selalu bahagia. Biarlah kita yang mengalah, namun keluarga bisa
bahagia.
Tak sedikit rekan-rekan
dan tetangga menanyakan berapa biaya yang saya keluarkan untuk dapat diterima
sebagai ASN. Padahal seleksi kali ini benar-benar tidak dipungut biaya dan
insyaallah pula tidak ada kecurangan. Karena semua ditampilkan secara online
dan realtime.
Ada satu yang unik perkataan
teman saya, “ lah sampean nyogoknya banyak dek “, kata teman saya.
“ Astaghfirulloh,
nyogok siapa?, berapa ?, demi Allah murni buk”, bantah saya pada teman saya tersebut.
“ nyogok pengeran ( Allah ), sampean mau tes lah
memberangkatkan umroh orangtua sampean “, jawab teman saya lagi.
“ Astaghfirulloh ibu,
demi Allah saya ikhlas memberangkatkan orangtua saya murni tidak ada maksud
apapun”, hingga saya bersumpah atas nama Allah. Astaghfirullah haladziim.
Perkataan orang lain yang
demikian tidak saya masukkan ke dalam hati. Biarlah orang lain menilai apa.
Tapi yang saya yakini,
jika kita ihklas membahagiakan kedua orangtua kita ( ayah, ibu, dan mertua ),
maka Allah akan menata sendiri kehidupan kita.
Saya diterima sebagai
ASN ketika saya sudah tidak mengharapkannya.
ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 25 Februari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar