Entah mengapa dengan
bertambahnya usia, dengan pengalaman beberapa tahun menjalani kehidupan rumah
tangga, dengan adanya anak, membuat saya dan suami semakin merenung tentang
peran orangtua. Merenung ketika menghadapi anak yang rewel, minta ini itu
sedangkan kita belum punya uang. Apapun caranya akan kita usahakan, walaupun
itu jatah uang untuk belanja sehari-hari. Merenung ketika anak sakit, betapa
hati ini ikut menangis, seandainya bisa, biar saya saja yang gantikan. Begadang
dua malam dan hanya tidur tidak lebih dari satu jam.
Dengan mengalaminya
sendiri, betapa sengsara sesungguhnya orangtua kita dulu. Anak yang tidak
sedikit dan kebutuhan yang sangat banyak dalam keterbatasan ekonomi. Namun mereka
ihlas tanpa mengeluh tetap merawat kita. Masih teringat betapa mereka terlihat
kurus ketika anak-anaknya masih kecil, masih membutuhkan banyak biaya, tenaga
dan fikiran untuk membesarkan mereka. Ya, saya lima bersaudara, dan suami enam
bersaudara.
Saya dan suami mencoba
memahami, mungkin keberadaan kami yang masih harus ikut orangtua, yang belum
bisa memiliki tempat tinggal sendiri adalah bagian dari skenario Tuhan YME. Skenarionya
akan kesanggupan kita untuk ikut menanggung beban mereka, menggantikan peran
mereka. Tuhan masih mempercayakan kepada kami untuk merawat orangtua. Bagaimanapun
juga, mereka adalah ladang pahala bagi kami, insyaallah jika ihlas akan menjadi
pembuka pintu jannahNya bagi kami.
Ridlo Allah terletak
pada ridlo kedua orantua dan murka Allah terletak pada murka kedua orangtua.
Mungkin orangtua kami
meridloi dan Tuhan pun menjawab doa-doa kami. Ditahun 2018, atas izin Allah,
keempat orangtua kami bisa melaksanakan ibadah umroh. Sungguh momen yang tidak
mereka sangka. Menjadi tamu Allah bagi mereka adalah harapan semu. Uang dari
mana dengan kehidupan yang pas-pasan.
Saya dan suami
menyiapkan semua kebutuhan keberangkatan mereka berempat. Dari pakaian,
administrasi, paspor, hingga segala kebutuhan terkecil pun, packing koper pun
kami siapkan. Mengapa? Karena dikeluarga kami belum ada yang pernah berangkat
ke tanah suci. Tidak ada pengalaman untuk persiapan kesana.
Ditahun itu juga, ada
pembukaan seleksi CPNS. Antara ikut atau tidak saya ragu. Ditengah ruwetnya
menyiapkan keberangkatan keempat orang tua kami, apa saya juga harus menyiapkan
kelengkapan berkas pendaftaran CPNS ?.
Suami saya pun
memberikan semangat dan pengertian kepada saya, toh daftarnya hanya mengisi
identitas di laman SSCN, belum ada berkas yang disiapkan. Bismillah saja, semoga
ada kemudahan. Toh usia saya saat itu berada diambang batas usia yang
diperbolehkan daftar, 34 tahun 11 bulan. Mengapa tidak mencoba peruntungan
terakhir. Demikian semangat dari suami saya.
Dan … (bersambung ke
catatan berikutnya ya.. )
ditulis oleh : atik
puspita
Gresik, 22 Februari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar